BLESS Indonesia

BLESS Indonesia Office
Connectinc, Jl. Palem No.28, RT.12/RW.3, Cipete Sel., Kec. Cilandak, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Jakarta 12410

Ketangguhan Emosional: Bekal Penting agar Tetap Waras Saat Memimpin

Yesterday, 12:06am

Bagi seorang pemimpin komunitas atau organisasi, tekanan dan tuntutan sudah jadi makanan sehari-hari. Rapat tak berujung, keputusan sulit dengan informasi serba terbatas, hingga ekspektasi sosial dari berbagai arah, semua ini bisa menguras emosi. Di sinilah emotional resilience (ketangguhan emosional) berperan penting. Sederhananya, ini seperti “otot” mental yang membantu kita bangkit setiap kali jatuh. Ketangguhan emosional adalah kemampuan untuk beradaptasi terhadap stres, kemunduran, dan tantangan tanpa kehilangan fokus atau motivasi.

Bukan cuma istilah keren, ketangguhan emosional memang krusial bagi pemimpin di lapangan. Kok bisa? Karena pemimpin yang tangguh secara emosional dapat beradaptasi pada perubahan tanpa merasa kewalahan, dan tetap mampu membuat keputusan strategis bahkan di masa penuh ketidakpastian. Inilah ciri khas pemimpin tangguh: tetap tenang dan fokus di bawah tekanan tinggi, sehingga keputusan yang diambil pun jernih dan solid. Kemampuan seperti ini tidak hanya membantu pemimpin menjaga kepala dingin, tapi juga menulari tim dengan rasa tenang dan percaya.

Kabar baiknya, ketangguhan emosional bukan bakat bawaan lahir. Layaknya otot, kemampuan ini bisa dilatih dan diperkuat lewat kebiasaan sehari-hari. Salah satu kebiasaan sederhana yang dampaknya besar adalah latihan pernapasan. Saat pikiran terasa penat, coba ambil jeda sejenak untuk bernapas perlahan dan dalam. Tarikan napas dalam yang tenang mengirim sinyal ke tubuh bahwa situasi aman, membantu pikiran lebih jernih dan emosi lebih terkendali. Beberapa pemimpin bahkan rutin memakai teknik pernapasan 4-7-8 (tarik napas 4 detik, tahan 7 detik, hembuskan 8 detik) sebelum rapat penting untuk menenangkan diri dan menjaga ketangguhan emosi.

Banyak pemimpin juga menemukan manfaat journaling (menulis jurnal harian) sebagai katarsis pribadi. Dengan menulis jurnal, kita punya ruang yang aman untuk mencurahkan segala kekhawatiran, ide, maupun emosi tanpa takut dihakimi. Menuangkan pikiran dan perasaan ke atas kertas membantu meningkatkan kesadaran diri, sehingga lebih mudah mengenali sumber stres dan menemukan cara untuk mengatasinya. Tak heran studi mendapati orang yang rutin menulis jurnal memiliki tingkat stres lebih rendah dan merasa lebih lega setelah menuangkan emosinya ke atas kertas.

Intinya, ketangguhan emosional bisa terbentuk dari akumulasi aktivitas-aktivitas kecil nan konsisten. Kamu tak perlu langsung mengubah segala kebiasaan; justru konsistensi dalam hal-hal sederhana yang akan membawa dampak. 

Yuk coba mulai satu langkah kecil hari ini: misalnya, luangkan 5 menit untuk latihan napas di sela kesibukan, atau tulis beberapa kalimat di jurnal sebelum tidur malam ini. Langkah sederhana ini bisa menjadi awal perjalanan Anda membentuk “tameng” emosional yang lebih kuat, sehingga apapun tantangan yang datang, Anda siap menghadapinya dengan kepala tegak dan hati tenang.

Sumber:

Why Emotional Resilience is a Key Skill for Future Leaders 

The Importance of Resilience in Leadership: Thrive in Times of Change 

Grounding Strategies to Calm Your Nervous System | Counseling & Psych Services (CAPS) 

Attorney Aaron Hall 

Stres dengan Brain Dump Journaling – Berita – Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada 

The Role of Journaling in Emotional Processing 

Resilience Building Activities & Exercises for Adults

From Other Changemakers